Perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda menjelang proklamasi kemerdekaan terkait tentang

Nusantaratv.com - Proklamasi menjadi tonggak sejarah berdirinya negara Indonesia. Sejak dibacakannya teks Proklamasi, Indonesia menyatakan diri sebagai negara yang bebas merdeka, lepas dari belenggu penjajah. Sejak saat itu Indonesia berdiri sejajar dengan negara-negara lain layaknya sebuah negara merdeka yang memiliki kedaulatannya sendiri.

Menilik sejarah, pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (tahun Masehi) atau tanggal 17 Agustus 2605 (menurut tahun Jepang) pukul 10.00 WIB.

Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ada begitu banyak peristiwa bersejarah yang mewarnai perjalanan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Mulai dari aksi ‘penculikan’ Soekarno-Hatta oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok, perumusan naskah Proklamasi, detik-detik Proklamasi, hingga momentum pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya.

Berikut beberapa peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dirangkum dari nkriku.com berikut ini. 

1. Suasana Malam 15 Agustus 1945, Sebelum Peristiwa Rengasdengklok peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia suasana malam 15 Agustus 1945 

Perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda menjelang proklamasi kemerdekaan terkait tentang

Rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, Karawang dijadikan sebagai lokasi ‘penculikan’ Soekarno-Hatta (Wikipedia)


Segala macam persoalan seringkali timbul lantaran ada pemicunya, begitu pun dengan peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 yang ternyata diawali dari perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno.

Kala itu tanggal 15 Agustus 1945 malam, kira-kira pukul 22.00 WIB di rumah Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.

Sekelompok pemuda -Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh- dengan semangat patriotik menggebu-gebu berdebat serius dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan.

Para pemuda itu terus menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun tetap pada pendiriannya semula.

Meski berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskan itu sendiri. Ia harus berunding dengan para tokoh lainnya.

Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.

Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan akan menimbulkan banyak korban jiwa dan harta.

Namun tampaknya, para pemuda tidak puas mendengar penjelasan Hatta. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang, yaitu menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.

Aksi penculikan itu yang kemudian menandai sejarah peristiwa Rengasdengklok. Tak sekadar sejarah, ini juga menjadi ‘saksi’ bagaimana Soekarno-Hatta punya perhitungan besar terhadap Kemerdekaan Indonesia hingga memikirkan nasib seluruh rakyat Indonesia.


2. Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 peristiwa Rengasdengklok sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia

Perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda menjelang proklamasi kemerdekaan terkait tentang

Soekarno dan para tokoh nasional perjuangan Indonesia (Wikipedia)

Melansir setneg.go.id, peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 dinihari, sehari menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno dan Bung Hatta (Drs. Mohammad Hatta) oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok, Karawang (saat ini merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat).

Sekelompok pemuda itu antara lain Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan ‘Menteng 31’.

Aksi penculikan tersebut bertujuan untuk mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan menjaga agar golongan tua (diwakili Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebarjo) tak terpengaruh oleh Jepang.

Namun rupanya, aksi penculikan itu membuat Bung Karno kecewa dan marah karena menganggap para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat.

Akibatnya, situasi dan keadaan memanas. Bung Karno tak punya pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan.

Sementara itu di Jakarta, antara Mr. Achmad Soebardjo dari golongan tua dengan Wikana dari golongan muda membicarakan kemerdekaan yang harus dilaksanakan di Jakarta.

Laksamana Tadashi Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Dari kesepakatan itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda, hari itu juga mengantar Mr. Achmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

3. Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia peristiwa perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia 

Perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda menjelang proklamasi kemerdekaan terkait tentang

Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik (Wikipedia)

Pasca peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945, Soekarno (Bung Karno), Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta), beserta Fatmawati dijemput oleh Mr. Achmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, sekitar pukul 17.00 WIB.

Mewakili golongan tua, Achmad Soebardjo memberikan jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.

Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB. Tanpa menunda, rombongan langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, setelah lebih dahulu menurunkan Fatmawati dan putranya di kediaman Soekarno.

Di ruang makan rumah Laksamana Maeda jelang tengah malam, rumusan teks Proklamasi yang akan dibacakan esok harinya disusun. Soekarno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas. Sementara Hatta dan Achmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan.

Naskah proklamasi yang sudah selesai dirumuskan itu kemudian diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang ‘dipinjam’, lebih tepatnya ‘diambil’ dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

4. Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia peristiwa detik detik proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 

Perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda menjelang proklamasi kemerdekaan terkait tentang

Ir. Soekarno saat membacakan naskah Proklamasi (Wikipedia)

Sekitar pukul 04.00 WIB dinihari menjelang Subuh, perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia selesai disusun. Soekarno, Hatta, dan Soebardjo menuju serambi muka untuk menemui hadirin yang berkumpul menantikan hasil rumusan Proklamasi.

Didampingi Hatta, Soekarno berdiri di hadapan para hadirin membuka pertemuan dinihari itu pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara-saudara dan saya harapkan benar bahwa saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar menyingsing,” demikian kata Bung Karno.

Usai dibacakan, naskah Proklamasi itu disarankan Soekarno agar sama-sama ditandatangani oleh para hadirin (baik golongan tua maupun muda), selaku wakil-wakil bangsa Indonesia.

Hanya saja, usulan Soekarno ditentang oleh pihak pemuda yang tidak setuju jika tokoh-tokoh golongan tua ikut menandatangani naskah Proklamasi.

Sukarni dari golongan muda lalu mengusulkan agar naskah Proklamasi yang sudah diketik oleh Sayuti Melik cukup ditandatangani Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Setelah ditandatangani, naskah Proklamasi pun hendak dikumandangkan. Sukarni memberitahu Bung Karno bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya telah diserukan untuk datang berbondong ke lapangan IKADA (saat ini ditempati oleh kawasan Monas).

Namun, hal itu lekas ditolak Soekarno. “Tidak, lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang,” ujarnya.

Menjelang detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Bung Hatta sempat berpesan untuk para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita agar memperbanyak naskah Proklamasi, lalu menyebarkannya ke seluruh dunia.

Suasana di kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk jelang detik-detik Proklamasi. Semua bentuk persiapan hingga pengeras suara dimantapkan.

Tiga pemuda, yaitu Tri Murti, Latif Hendraningrat, dan S. Suhut diamanahkan sebagai petugas pengibar bendera Sang Saka Merah Putih -hasil jahitan Ibu Fatmawati Soekarno.

Stelan putih-putih dikenakan Bung Karno, seperti halnya yang dikenakan Bung Hatta ketika momentum bersejarah itu tiba.

Tanpa protokol khusus, Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri.

Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.

5. Momentum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945peristiwa pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Perdebatan antara golongan tua dengan golongan muda menjelang proklamasi kemerdekaan terkait tentang

Pengibaran bendera Merah Putih usai pembacaan Proklamasi Kemerdekaan (Wikipedia)

Peristiwa Proklamasi yang telah dinanti-nanti dengan harap-harap cemas itu akhirnya terjadi juga pada jam 10 pagi waktu Jakarta tanggal 17 Agustus 1945 (17 Ramadhan 1365 H).

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pagi itu bertempat di rumah Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat.

Ketika itu, di hadapan para anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan beberapa ratus pemuda Jakarta yang sempat diberitahu, Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia –sebuah teks keramat bangsa yang sebelumnya telah ditandatangani Bung Karno bersama Bung Hatta (Drs. Mohammad Hatta).

Pembacaan naskah proklamasi pun berlanjut dengan momentum pengibaran Sang Saka Merah Putih -hasil jahitan Ibu Negara pertama Republik Indonesia, Fatmawati- menandakan Indonesia telah merdeka.

Usai pembacaan teks proklamasi, berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia pun menyebar ke Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Tersebarnya berita proklamasi dengan berbagai cara hingga secara bertahap menjangkau seluruh wilayah Indonesia, serta respon daerah saat menerima berita proklamasi adalah perkara yang penting untuk merekam terbentuknya Negara Kesatuaan Republik Indonesia (NKRI) dan dukungan rakyat terhadap NKRI.

Sebagaimana kita tau, wilayah Indonesia begitu luas. Belum lagi, komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Inilah yang jadi hambatan dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh daerah.